Setelah setahun menggunakan wordpress
dan ujung-ujungnya kena suspend, akhirnya kembali lagi dech ke Blogger. Namun sayang
juga sih karena banyak goresanku yang nggak bisa dibuka lagi di WP. Salahku sendiri
karena goresanku mencar kesana-kemari dan ada beberapa yang nggak ke save.
Selagi ada waktu, aku mencoba untuk
menuangkan kembali beberapa goresan dalam kumpulan puisi yang sebelumnya berada
di WP.
Menyibak keheningan
Malam tak bergeming
Nampak lesu
rembulan tanpa bintang
Hembusan angin kian
berperan
Berbisik menyibak
keheningan
Malam membuka jalan
Meniti doa akan
segumpal harapan
Walau usang tak
merubah haluan
Kerana dipelupuk
mata tersirat tujuan
Malam temani
jiwa-jiwa lelah diperaduan
Bergelung selimut
terbuai mimpi
Menanti hari
esok yang lebih berarti
Mengemas bahagia
diujung kesabaran
Pemburu yang
diburu…
Taring itu telah
tanggal
Hingga terhenti
disudut jalan dengan nafas tersengal
Mundur salah
Maju berlumur getah
Semula begitu naïf
tentukan kebenaran milik Allah
Merasa suci &
pandai menelaah
Hingga berujung
dalam ketidak pastian hidup
Perlahan kepiawaian
meredup
Tiada lagi puja
puji mengiringi
Kerana tak ingin
mencoreng diri
Satu persatu mulai
menyadari
Bahwa tiada satupun
yang berhak untuk dikagumi
Kini sgalanya
terkuak
Dalam dentingan
waktu Allah berkehendak
Bila tak mengelak
tak kuasa menahan buaian
Akan keindahan
harta, tahta & wanita yang menggoda iman…
Cinta…
Masihkah kau ingat
akan goresan
Tetap bertahan
walau terhempas hujan
Bukti nyata cinta
kasih kita berdua
Kala hati berpagut
mesra
Namun kini
tinggalah kenangan
Putus sudah benang
cinta yang terajut
Semula indah kini
berakhir kusut
Ketika rasa
tentukan diantara pilihan
Serasa beribu onak
menghujam
Ketika cinta lepas
tak tergenggam
Inikah cinta yang
semula dibanggakan
Atau rasa yang
selalu berada dalam permainan
Tak kusalahkan
cinta yang tak berpihak
Kerana cinta tak
dapat berkendak
Tak kumaki janji
yang tak ditepati
Kerani janji tak
selalu ikuti kata hati
Hanya bait bait ini
yang kupersembahkan
Teruntukmu yang pernah
hadir dalam pelukan
Selamat menjalankan
kehidupan baru
Bahagia selalu
menyertaimu…
Jumawa…
Rintik hujan
mengusik pagi dalam penantian
Saat lelah tertatih
melangkah tak berdaya
Tersudut rasa sakit
yang mendera
Membuka layar
ingatan akan kegagalan
Begitu masyuk akan
kesenangan
Begitu jumawa akan
letupan pujian
Lengah akan ketukan
nada tak seirama
Lupa akan bait
kehidupan sementara
Rasa sakit serasa
hadirkan derita
Semoga menjadi pelebur dosa
Agar selalu ingatkan jiwa
Bahwa hidup harus
dijaga dalam koridor yang ada
Renungan dalam cermin
Dalam renung duduk terdiam
Menatap mimik tanpa raut
Terkadang tersenyum
Menyeringai malu tak patut
Di balik cermin tak nampak
Di depan cermin tak dapat mengelak
Buta mata akan keburukan
Tuli telinga tak mendengar kebenaran
Hanya keburukan yang tersisa
Cacat diri tanpa ekspresi
Begitu malu sombongkan hati
Kerdil diri labuhkan cela
Satrio Piningit…
Alunan gending
mengusik keheningan malam
Bergetar jiwa larut
dalam lamunan
Dengarkan senandung
perjalanan di akhir jaman
Kala sang prabu
memetik petuah pandita Rum
Ketika roda
kehidupan berlawan arah
Satu lainnya tak
mau mengalah..benar menjadi salah
Akan hadir manusia
berhati putih bersenjata trisula
Siratkan arti sila
pertama, kedua dan ketiga…
Bukan dari kalangan
politik, pengusaha
Namun bermuara dari
rakyat jelata
Tersembunyi kerana
ilmunya begitu mumpuni
Menghormati leluhur
menyatu dengan tradisi…
Lipatan kelam
Menelusuri relung malam
Melarung diri dalam kesunyian
Lunglai tubuh tak mampu bertahan
Rapuh jiwa larut dalam lipatan kelam
Aku yang tengah terlena dalam buaian
Hingga lupa akan lara menerpa
Hanya menatap kata-kata yang terlintas didepan mata
Namun eggan tuk merangkai dalam kesempatan
Rindu Ramadhan
Aku yang kini tertunduk lesu tak berdaya
Kaku lidah tak mampu berkata
Hanya isak tangis memecah keheningan
Kembali diri akan merasa kehilangan
Kehilangan dalam balutan bulan penuh keberkahan
Tanggalkan noktah-noktah yang kotori jiwa
Merangkak pergi perangi nafsu dunia
Tuk menapaki hari penuh kemenangan
Ya Rabb...berikan kesempatan bagiku kembali
Untuk jalani Ramadhan ditahun yang akan datang
Agar setiap langkah tak terhalang
Bersihkan diri dari dosa & nafsu yg melumuri hati...
Kerancuan...
Bila lepas tali kekang
Terasa bebas hasrat menerjang
Tak perduli akan strata hati
Masa bodo dengan aturan yang tersusun rapi
Dipelupuk mata ambisi kian berontak
Melontar kata mainkan peran tersembunyi
Nurani hanya penghias diri
Apa jadinya bila bercermin dikaca yang retak
Salah dijadikan pembenaran
Kebenaran dihembuskan kerancuan
Dalam hari larutkan sensasi
Lunglai jiwa bila berdiam diri
Bukan pergolakan yang harus dilakukan
Kebersihan jiwa yang harus diciptakan
Lucuti ambisi yang kotori jiwa
Biarkan roda pedati berputar pada masanya...
Ibu…
Mensyukuri nikmat yang terpendar
Masih dapat memeluk
erat tubuh penuh kasih
Walau terhias letih
dibalik guratan perih
Namun curahan kasih
tak pernah memudar
Masih dapat
membasuh kedua kaki
Mencium lembut
penuh meratap
Dari buah hati yang
tak dapat berbakti
Hanya bisa meminta
penuh harap
ibu…aku rindu akan
belaian manja
Aku rindu dekapan
erat dalam doa
ibu…maafkan kesalahan buah hatimu
Bila tak dapat
wujudkan segala keinginan muliamu
Sendiri
Terik perik mentari
menyengat tubuh
Menyibak debu
bersimbah peluh
Lelah diri
melangkah
Telusuri jalan
mengharap berkah
Kurus kering tubuh
tersamar asa
Sakit di dada tak
lagi dirasa
Hanya tinggalkan
jejak tinta dalam cerita
Agar buah hati
tetap ceria
Mungkin sudah
takdir menyendiri
Seperti dulu tiada
yang perduli
Mengais ceria dari
sekitar
Merengkuh asa dari
cahaya memudar
Nona Manis…
Bila satu waktu tak lagi bersama
Bukan berarti roda kehidupan terhenti seketika
Usiklah lara agar tak bersemayam dihati
Walau perih jangan biarkan sepi menguliti
Biarkan rasa itu pupus dengan sendirinya
Tak perlu membasuh dengan prasangka
Meluahkan berita yang memercik benci
Kerana keburukan hanya akan mencoreng diri
Yakinilah..itu hanya setitik rasa berakhir diujung cerita
Bukan akhir dari segalanya hingga terpuruk dalam nestafa
Masih tercipta satu asa dilain jiwa yang menanti
Menguntai kasih dalam pelukan cinta sejati
Menjumput sepi
Begitu lekat aroma kegundahan
Perlahan memudar terbilas derai hujan
Jelas terlihat butiran rasa berserak didedaunan
Bertemankan seonggok rindu meradang dibebatuan
Entah itu milik siapa
Hanya sayup terdengar lirih dibalik ilalang
Dari jiwa lapuk yang terkekang
Terlena dalam buaian kesemuan rasa
Apa yang dicari tak lagi dapat dinalar
Kesucian kian memudar
Dibalik senyum bergincu menyeringai
Menatap angkuh menjumput sepi
Menggamit Asa
Ketika hasrat merayu logika
Berpeluk gundah menggamit asa
Adakah sepercik rasa memantik bara
Terangi jiwa yang renta
Walau harus merangkak
Lunglai kepala merajang congkak
Ingin menyulam jalinan yang terkoyak
Agar suka kembali nampak dikelopak
Masih dapat mencumbu bayang lalu
Satu rasa yang menusuk relung kalbu
Berpeluk erat dibawah pelangi
Harum melekat aroma kasturi
Dara
Menimang waktu tanpa gairah
Duduk termenung berjubah gundah
Serba salah sikapi segalanya
Bagai berada dilorong hampa
Lara masih saja gelayuti dara
Menggores luka menabur duka
Entah kapan segalanya sirna
Agar tak terpuruk jiwa tanpa daya
Gamang diri menatap dara berselimut kelam
Diam membisu tak berkata
Hanya mengusap mata berkaca
Menahan beban nan menghujam
Dara…ingin kuhapus jejak kelam
Membasuh luka hadirkan kehangatan cinta
Nyalakan lentera terangi malam
Memagut rasa mengurai rindu mendera...