“Ci.., pelan-pelan dong
!.”teriak Kristanto yang berada diurutan paling belakang. Uci menengok
kebelakang dan dilihatnya Kristanto sudah tertinggal jauh. Diperlambat
langkahnya sementara tepat dibelakang dia, Apri, Igbal dan Martin juga memperlambat
langkahnya untuk mendaki Gunung Putri.
“Kris, cepetan dong
loe.”teriak Martin yang agak kesal melihat langkah Kris yang mulai melambat.
“iya Kris, sebentar lagi akan
hujan nich..!.” sahut Iqbal menimpali sambil melanjutkan langkahnya.
“Tau loe Kris, masa kalah sich
sama cewek!?.” Sahut Apri sedikit mengumpat. Kristanto hanya terdiam,
diambilnya botol minuman yang berada dicarriernya dan diteguknya kuat-kuat. Kali
ini ia benar-benar merasa lelah, perjalanan dari Jakarta ke Cipanas dengan bus
saja telah membuat dirinya cape sekarang ditambah lagi mendaki Gunung Putri
yang terjal begini. Keluhnya dalam hati dan disekanya peluh yang membasahi
wajahnya.
“Hei..!, bengong lagi…loe,
bukannnya jalan.”teriak Apri membuyarkan lamunan Kristanto.
“siapa yang bengong !?.”gerutu
Kris pelan sambil melanjutkan langkahnya lagi.
Setelah menempuh pendakian
selama 6 jam dan tepat diketinggian 2,750 mdpl, Kini pijaknya telah berada
dialun-alun Surya Kencana. Begitu indahnya alun-alun Surya Kencana yang
memiliki luas 5o hektar ini dan kini rasa lelahnya serasa telah terbayarkan. Guman
Uci dalam hati yang merasa takjub akan ciptaan Allah SWT, ditariknya nafas
panjang-panjang dan dirasakan sejuknya udara pegunungan yang masih alami ini.
Dataran tinggi Surya Kencana begitu indahnya dan terhampar bunga Edelweiss yang
tumbuh subur disepanjang dataran tinggi ini.
“Ok, sekarang kita buka tenda
disebelah situ saja.”ucap Iqbal sedikit berteriak sambil menunjuk salah satu
lahan datar dan kosong.
“Ok…!.”sahut Apri dan Martin
sambil menurunkan tas carrier dari punggungnya.
“sekarang kita bermalam
disini, baru besok pagi kita lanjutkan kembali perjalan ke Gunung Gede.”sahut
Uci sambil mengikat tali tenda pada paku pancang yang ditanam.
“Hah..!,masih lanjut
lagi…!?.”teriak Kris agak kaget karena baru pertama kali ini ia ikut Hiking
atau Camping dengan teman-temannya. Uci hanya tersenyum melihat sikap Kris
yang merasa kaget itu.
Malam kian larut, kini berlima
masing-masing berpeluk lutut diatas tanah beralas plastic diatas rumput
memandang jutaan resi bintang yang terhampar dijagat raya. Begitu indahnya suasana
malam di Surya Kencana seakan-akan resi Bintang berada dekat sekali didepan
pelupuk mata, namun kini dan disini Uci ingin menyelesaikan suatu rasa yang
tengah menghimpit ketiga temannya. Bukannya ia tidak tahu, tapi ia menunggu
moment yang tepat untuk memberi pengertian kepada ketiga temannya agar
persahabatan yang ada tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Uci menggeser duduknya
sehingga posisi duduknya kini menghadap keteman-temannya.
“aku mau bicara.”ucap Uci
singkat namun wajahnya penuh keseriusan.
“bicara aja Ci..!.”seloroh
Kris cuek sambil membenarkan slayer dilehernya karena hembusan udara dingin
benar-benar sudah tidak bisa diajak kompromi.
“jika kalian disuruh memilih
antara persahabatan dan percintaan, kira-kira apa yang akan kalian pilih
!?.”ucap Uci lagi.
“kalau gue sich mending pilih
persahabatan.”sahut Kris lagi dengan spontan dan cuek. Namun tidak begitu diantara
temannya bertiga, mereka terdiam dan saling memandang.
“Ok, aku pernah browsing salah
satu puisi di Google tepatnya dirgapandji.blogspot isinya tentang sahabat karena aku tahu disini
tidak ada signal maka aku telah menyalinnyaterlebih dulu. Ada yang mau
membacakannya !?.” pinta Uci kepada teman-temannya. Namun tidak ada satu’pun
diantara teman-temannya yang menjawab.
“Kris bisa bantu aku untuk
membacakannya.”pinta Uci kepada Kristanto. Enggan rasanya Kristanto namun
karena yang meminta Uci mau tidak mau akhirnya Kristanto mengambil juga kertas
yang diberikan oleh Uci dan membacanya.
Kini Kristanto berdiri didepan
teman-temannya berusaha untuk menunjukan ekspresi wajahnya saat membaca puisi
diiringi dengan gerakan tangan dan badannya. Sehingga mengundang senyum dan
tawa teman-temannya.
“Untukmu sahabat….saat tawa
berganti lirih, saat ceria berjubah keluh, saat tangan menggapai, saat itu hadir
rasa perduli..”. Kris terdiam sejenak.
“ini lebih berarti karena rasa
yang ada…, tak kan pengaruhi langkah kita…., meniti & mendaki diantara
bebatuan yang menjulang, letih…lelah…kita masih bercanda riang.” Kembali Kris
terdiam mengatur nafasnya dan dilanjutkan kembali membaca puisinya dengan
ekspresi yang penuh meyakinkan mencoba selayaknya sebagai seorang pembaca puisi
yang handal.
“Persahabatan bagiku seperti
bunga Edelweiss yang terhampar disini…. , dibanding rasa memiliki yang akan
berujung sepi…. Tak ingin kuberspekulasi dengan rasa cinta…tak ingin juga
kuterhempas bila tak kuasa menahan gejolak rasa yang ada. Untukmu sahabatku
yang jauh disana.”ucap Kris mengakhiri membaca puisi sambil membungkukan badannya
sementara tangan kiri mendekap dadanya dan tangan kanan dilambaikannya kepada
ketiga temannya yang duduk terpaku memandang dirinya.
“aku ingin diantara kita
berlima rasa yang ada hanyalah rasa
persahabatan, tidak lebih dari itu bagaimana
!?.” teriak Uci meminta kepada teman-temannya sambil menjulurkan tangan dan
merentangkan jari telunjuk dan jari tengahnya kemudian dibalas oleh Kristanto
dengan hal yang sama, kini Martin bangun dari duduknya dan berdiri melakukan
hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Uci dan Kris menempelkan jari
telunjuknya ke jari tengah Kristanto disusul kemudian oleh Iqbal dan Apri
sehingga jari mereka berlima menyatu membentuk gambar bintang dan dengan segera
mereka berlima berteriak bersama
‘Friend…!.”. 3x berturut-turut sambil tertawa dan bergandeng tangan mengitari
api unggun yang mulai menyala.
No comments:
Post a comment