Dengan masih menahan kantuk,
Pram membalikan tubuhnya dipembaringan diraihnya hp yang sedari
tadi berdering dan ditekannya tombol keypad penerima panggilan masuk.
“assalamu’alaikum !.” Ucap Ria
diseberang sana
“waalaikum salam !.”sahut Pram
males-malesan.
“kamu sudah shalat subuh Pram
?.”tanya Ria
“belum Ri, thanks ya..sudah
membangunkan aku.”sahut Pram sambil mengangkat tubuhnya dan duduk ditepi
ranjang.
“Ya sudah, kamu shalat dulu
nanti kesiangan. Assalamu’alaikum.”ucap Ria lagi
“Waalaikum salam.”sahut Pram
kembali mengakhiri pembicaraan. Kini dirasakan hal yang pernah hilang datang
kembali menghiasi harinya. Ya…!, hal-hal seperti inilah yang selalu diterapkan
oleh mereka berdua dalam kebersamaan, saling mengingatkan dalam beribadah. Dengan
segera Pram memaksakan dirinya menuju
kekamar mandi membersihkan tubuhnya barang sejenak setelah itu baru
melaksanakan shalat subuh namun sebelumnya ia membangunkan kedua putranya
terlebih dulu untuk melaksanakan shalat berjamaah.
“Pram…!.” Tiba-tiba suara
panggilan dari seorang wanita menghentikan langkahnya saat ia berjalan
dikoridor kantor, dipalingkan wajahnya dan dilihat Rina sedang melambaikan tangan
menuju kearahnya.
“Hei Rin, apa kabar…!?.” Ucap
Pram ketika Rina berada didekatnya.
“sehat Pram, kamu gimana sehat juga kan
?.”sahut Rina balik bertanya.
“Alhamdulillah sehat.”jawab
Pram tersenyum.
“bawaan kamu banyak sekali Rin,
perlu aku bawain apa ?.”canda Pram melihat Rina kerepotan membawa barang
bawaannya.
“tadi aku beli roti untuk
sarapan, kamu mau Pram.”ucap Rina menawarkan
“thanks Rin, aku bencanda kok
!.”sahut Pram tersenyum sambil menggeser badannya karena karyawan dan karyawati
perkantoran telah banyak yang melintas dikoridor.
“Pram, makan siang nanti kita
bareng ya…!.aku mau bicara sama kamu”pinta Rina manja.
“Ok. Rin nanti hubungi aku aja
ya..!.”sahut Pram menyetujui permintaan Rina. Siapa yang tidak setuju diajak
makan bareng oleh wanita secantik Rina. Gumannya dalam hati.
“Ya, sudah kalau begitu aku
duluan ya..Rin !.”Ucap Pram lagi.
“Ok, Pram thanks ya. daaag..!.”sahut
Rina beranjak pergi sambil melambaikan tangan dan Pram membalas lambaian tangan
Rina.
Begitu banyak hal-hal yang
dibicarakan saat Rina dan Pram makan siang disalah satu resto yang berada tidak
jauh dari kantornya. Hingga pada akhirnya pembicaraan mengarah kemasalah rumah
tangga. Semula ia enggan untuk bercerita tentang kegagalan rumah tangganya,
namun karena Rina mendesak terus akhirnya agak terbuka juga ia bercerita
tentang kegagalan rumah tangganya.
“Wah !, nasib kita sama dong
Pram. Jangan-jangan kita jodoh lagi.”sahut Rina berseloroh sambil tertawa
sementara Pram hanya tersenyum melihat sikap Rina yang spontan itu.
“bedanya aku belum punya anak,
kamu sudah punya 2. Sudah besar-besar lagi.”katanya lagi sambil meneguk minuman
jus jeruk yang dipesannya.
Sesekali Pram memperhatikan
wajah Rina, tidak terlihat kekecewaan yang tersirat diwajahnya saat ia
menceritakan tentang kegagalan rumah tangganya sepertinya hal itu dianggap
biasa olehnya.
“Ya !,begitulah hidup Pram,
aku sich enjoy saja menghadapi segala sesuatunya.”ucap Rina santai
“oiya..!, malam minggu kamu
ada acara tidak Pram ?. tanya Rina, Pram mengernyitkan dahinya namun belum
sempat Pram menjawab Rina telah berkata lagi dengan penuh manja sambil memegang
tangannya.
“kalau nggak ada cara temani
aku ya Pram.”. Pram terdiam sejenak. Besok ia akan menemui Ria dan Dirga. Ia
tidak mau mengecewakan mereka. Mau tidak mau ia harus memberi alasan yang dapat
diterima. Pikirnya dalam hati.
“Sorry Rin, bukannya aku tidak
mau. Tapi besok aku sudah janji dengan anak-anak.”jawab Pram beralasan. Rina sedikit
merengut mendengar perkataan Pram disandarkan punggungnya disandaran bangku.
“Tapi minggu depan kamu harus
temani aku ya Pram !?. pintanya memaksa diantara kekecewaan yang masih
dirasanya.
“lihat saja minggu depan
Rin.”sahut Pram sambil melirik jam tangannya.
“sudah jam 13.30 Wib, kita
balik kekantor Rin.”ajak Pram dan dengan segera Rina mengikuti langkahnya
berjalan berdampingan, sesekali tangannya berusaha menggandeng tangan Pram
namun dengan halus Pram mencoba untuk melapaskannya. Pram menyadari bila Rina
telah mencoba untuk membuka hatinya namun ia sendiri berusaha untuk tidak
tergoda dengan sikap manja Rina.
Maafkan aku Rin, bila aku
tidak dapat memenuhi keinginanmu. Mungkin bila hadirmu pada saat aku dalam
kesendirian, aku akan larut dalam godaanmu. Namun kini hatiku telah termiliki.
Ya apalagi hari ini rasa ingin tahunya begitu besar terhadap pembuktian apa
yang akan dilakukan oleh Ria seperti yang pernah diucapkannya saat itu . pikir Pram dalam hati sambil mempercepat laju
kendaraannya melewati Tol Pateur yang belum dipadati oleh kendaraan dari
Jakarta maupun dari beberapa daerah lainnya yang akan masuk ke kota Bandung
pada saat weekend.
Sesampainya dirumah Ria
diparkirnya kendaraan ditempat biasa. Diketuknya daun pintu rumah sambil
mengucapkan salam.
“assalamu’alaikum.”ucap Pram
“waalaikum salam.”sahut Ria
dari dalam sambil membukakan pintu untuknya.
Sejenak Pram tertegun memandang lekat-lekat
penampilan Ria. “Subhanallah…Walhamdulillah..”ucap Pram spontan ketika melihat
Ria telah menggunakan hijab, apalagi hijab yang digunakan berwarna biru warna
kesukaan mereka berdua. Terlihat sangat cantik sekali wajahnya.
“masuk Pram.”kata Ria sambil
merengkuh tangan Pram yang masih tertegun melihat dirinya. Seperti yang biasa
dilakukan oleh Ria bila Pram datang maka ia akan salim dan Pram mencium
keningnya sebagai ungkapan rasa kasih sayang mereka berdua. Pram segera duduk
disalah satu bangku yang berada diruang tamu dipandanginya interior rumah Ria,
tidak ada yang berubah gumannya dalam hati.
“jadi ini pembuktian yang kamu
maksud itu Ri !?.”tanya Pram saat Ria duduk dihadapannya sambil tersenyum.
Senyumnya terlihat semakin manis dengan hijab yang dikenakannya.
“Iya Pram, saat itu kamu sering
meminta aku mengenakan hijab tapi aku belum siap. Namun setelah jauh dari kamu,
aku sering merenungkan keinginan kamu dan hubungan kita. Sekarang ini aku ingin
membuktikan pada diriku sendiri dan juga pada dirimu Pram. Tapi tetap aku perlu
support dari kamu Pram, ingatkan aku ya
Pram.”pinta Ria manja karena ia yakin Pram dapat mengingatkan dan membimbingnya
dalam menyikapi segala sesuatunya setelah ia berhijab.
“Insya allah Ri. !.”sahut Pram
penuh antusias
“Jujur Ri, dengan hijab birumu
itu aku jadi teringat akan salah satu
puisi yang sering aku baca disalah satu blogspot.”sahut Pram lagi.
“maksudnya !?.”tanya Ria
singkat belum mengerti apa yang dimaksud oleh Pram.
“Ok, aku search Google dulu ya
!.”ucap Pram sambil mengeluarkan hp dan membuka salah satu blogspot disitus
Google.
“nah ini dia, saat aku jauh
dari kamu aku sering membaca kumpulan puisi diblog ini.”ucap Pram sambil
menyerahkan hp kepada Ria memperlihatkan salah satu puisi dari dirgapandji
berjudul Gadis berhijab Biru. Semula Ria mengernyitkan dahinya namun kemudian
ia tersenyum setelah membaca puisi yang dimaksud oleh Pram. Ada kecocokan puisi
dirgapandji ini dengan diri dan hubungannya dengan Pram.gumannya dalam hati.
“Sepertinya puisi itu sesuai dengan
kamu dan hubungan kita ya Ri !?.”kata Pram sambil matanya tak lepas memandangi
wajah Ria. Sementara Ria yang melihat Pram dari tadi memandanginya terus
menerus tertunduk malu dan langsung menegur Pram.
“Pram…!.”sahut Ria sambil
mengibaskan telapak tangan kanannya didepan wajah Pram. Pram tersenyum ditangkap
dan ditariknya tangan kekasihnya itu hingga Ria jatuh kepelukannya. Ria
berteriak manja ada perasaan rindu yang teramat sangat akan pelukan hangat Pram
yang telah lama tidak ia rasakan dan kini ingin sekali ia memeluknya erat-erat
berlama-lama dalam dekapan hangat Pram. Namun mau tidak mau ia harus berusaha
menyesuaikan sikap dan perasaannya dengan hijab yang kini dikenakannya karena
belum muhrimnya. Pram’pun lebih mengerti akan hal itu.
“Ya sudah, sekarang kita
berangkat ke Limbangan Ri !, agar tidak kesiangan.”ajak Pram pada Ria
“Ok Pram, tunggu sebentar ya
!.”sahut Ria sambil masuk kekamar untuk mengambil tas dan hpnya. Namun sebelum
berangkat Pram mengingatkan Ria agar merapikan hijabnya dulu karena beberapa
helai rambut Ria masih terihat olehnya.
Bandung – Limbangan tidak
begitu jauh, bila Jl. Rancaekek tidak macet, waktu tempuh hanya 1 jam perjalanan
dan alhamdulillahnya siang ini lancar sehingga sebelum waktu dzohor mereka berdua telah sampai di Limbangan. Saat
ini bukan hanya Ria yang seorang diri turun untuk menjemput Dirga, namun kini ia’pun ikut turun karena ia juga sudah
mengenal dekat dengan Haris beserta keluarga barunya. Ada keceriaan tersendiri
yang tersirat diwajah Dirga ketika melihat mereka berdua datang karena ia tahu
hari ini akan diajak jalan-jalan dan makan bersama oleh ayah dan mamanya.
Kini Pram merasakan hari-hari
yang pernah hilang kembali lagi, ia sangat berharap dan berdoa hari penuh
keceriaan selalu mengiringi Dirga dalam kebersamaannya dengan Ria hingga mereka
berkeluarga kelak.
“Pram, ada apa !?, aku perhatiin
dari tadi kamu ngeliatin Dirga terus.” Tanya Ria tiba-tiba membuyarkan
lamunannya. Pram tersenyum namun tatapannya tetap tidak bergeming memperhatikan
Dirga yang sedang tertidur lelap.
“itulah kebiasaanku Ri, saat
anak tertidur lelap aku selalu memperhatikan dan berdoa untuknya agar dapat
membuat anak-anak bahagia dan sukses.”sahut Pram
“aku ingin membesarkan dan
mendidiknya, agar ia menjadi anak yang soleh, Ri.”lanjut Pram lagi sambil
menatap Ria. Ria segera menghampiri Pram dan duduk disebelahnya sambil
merangkul lengan Pram dan merebahkan kepalanya dibahu Pram.
“tapi aku perlu dukungan dari
kamu Ri, dukungan cinta kasih sayangmu. Yang lalu jadikanlah pelajaran berharga
untuk kita berdua.”kata Pram berbisik sambil mempererat genggaman jemari
tangannya.
“aku akan mendukungmu Pram,
aku nggak mau kehilangan kamu Pram !.”sahut Ria manja namun suaranya agak
bergetar.
“maafkan aku Pram.”sahutnya
lagi dan tanpa disadari air matanya mulai menetes dipipinya karena rasa
bersalah yang mendalam pada Pram atas kejadian lalu belum sepenuhnya hilang
dari lubuk hatinya.
“loh. Kok menangis..!?.”ucap
Pram ketika mendengar Ria mulai terisak, segera diusapnya air mata yang
membasahi pipi Ria kemudian dirangkul dan dikecupnya kening kekasih hatinya.
“maafkan aku, bila membuatmu
sedih.” Ucap Pram lagi pelan.
“nggak apa-apa Pram.”sahut Ria
manja sambil mempererat pelukannya.
“Ya sudah, kita istirahat
dulu. Besok pagi kita akan mengantar Dirga ke Limbangan.”ucap Pram setengah
berbisik kepada Ria dan Ria mengangguk kecil.
“aku bobo dulu ya Pram, night
!.”ucap Ria sambil melepaskan pelukannya
“night..!.”sahut Pram sambil
mengecup kening Ria.
Malam ini Pram terpaksa
bermalam dirumah Ria karena besok pagi-pagi sekali ia harus mengantar Dirga
kembali ke Limbangan mengingat hari Senin ada ulangan harian sekolahnya,
sehingga masih ada waktu bagi Dirga untuk belajar. tadi sebelum tidur’pun Ria dan
Pram masih sempat menemani Dirga untuk belajar dari buku pelajaran yang sengaja
dibawa oleh Ria. Pram merebahkan dirinya disofa ruang tamu sementara Ria dan
Dirga tidur dikamarnya, sedangkan mas Kris kakaknya Ria masih serius dengan
tugas kuliahnya ditemani dengan senandung All out of love – Air Supply. Lyriknya
seperti apa yang pernah kualami, guman Pram dalam hati sambil memejamkan
matanya.
No comments:
Post a comment