Pram mempercepat langkahnya
dan diliriknya jam tangan pukul 08.31 wib. Terlambat pikirnya dalam hati, Karena terburu-buru Pram kurang
memperhatikan jalan dan disaat yang bersamaan dipertigaan koridor kantor terlihat
seorang wanita muda sedang berjalan mengarah kearahnya, tanpa disengaja Pram
menyenggol wanita tersebut sehingga barang bawaannya berupa map terjatuh dan
berserakan dilantai.
“Hei..!, lihat-lihat dong pak.” Umpat wanita
tersebut agak marah.
“Maaf mbak, maaf..!, saya
tidak sengaja.” Sahut Pram sambil membantu mengambilkan map-map milik wanita
tersebut yang berserakan dan dengan segera diberikannya map-map tersebut sambil
melanjutkan langkahnya lagi meninggalkan wanita tersebut yang masih saja ngedumel.
Hanya kesibukan bekerjalah
yang membuat Pram dapat melupakan permasalahan dengan Ria, namun yang utama
adalah karena tanggung jawab dan kewajiban terhadap kedua putranya yang
membuat dirinya kuat. Walau dirasa berat badannya kini kian menyusut namun ia tidak
memperdulikannya.
“Hei Pram mau kemana loe !?”.
tanya Randy bagian Finance ketika melihat Pram sedang berdiri menunggu lift.
“lantai 13 Ran, meeting.”sahut
Pram segera masuk ketika pintu lift terbuka. Namun tatapannya beradu pandang
dengan wanita muda yang barusan ditabraknya. Pram memberi senyum namun wanita
tersebut cuek dan memalingkan wajahnya.
Tidak disangka dan diduga
ternyata wanita tersebutlah yang memberikan prosentasi didalam meeting yang
dihadiri oleh Pram. Rina nama yang bagus dan mudah untuk diingat sahut Pram
dalam hati ketika wanita tersebut memperkenalkan dirinya. Begitu menjenuhkan
ketika Rina membawakan prosentasi tentang produk baru yang belum dimengertinya
sehingga ia hanya mencoret-coret kertas kosong yang berada dimejanya menjadi
sebuah gambar seorang wanita.
“Bapak sudah mengerti !?.”
tanya Rina tiba-tiba kepada Pram.
“oh, mengerti bu. Sangat mengerti.” Sahut
Pram seketika agak terperanjat.
“nama saya Pram bu, bukan
bapak.” sahut Pram lagi mencoba untuk mengalihkan pertanyaan Rina namun peserta
meeting lainnya malah menyoraki dan menertawai Pram sehingga membuat suasana
meeting menjadi gaduh.
“saya tidak perlu tahu, nama
anda siapa !?.” sahut Rina tegas matanya melotot sambil melanjutkan kembali
prosentasinya.
Waktu yang ditunggu’pun tiba,
akhirnya meeting telah selesai dengan segera Pram merapikan berkas yang
dibawanya dan beranjak dari tempat duduknya, namun baru beberapa langkah ia melangkah didengar sesuatu benda terjatuh bersamaan dengan suara
teriakan kecil segera Pram memalingkan wajahnya dan dilihat laptop Rina sudah berada
dilantai dengan segera dihampiri dan diangkatnya laptop tersebut sambil
membenarkan kabel mouse yang melilit.
“terima kasih ya Pram !.”ucap
Ria singkat, Pram agak kaget juga ketika Rina memanggil namanya padahal tadi dimeeting bilangnya
tidak perlu. Gumannya dalam hati.
“sama-sama bu.” Sahut Pram
cuek
“panggil aku Rina’”sahut Rina
sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan penuh senyum.
Pram’pun menyambut jabatan tangan Rina sambil tersenyum.
“Ya sudah !, kalau gitu aku
duluan ya Rin.” Ucap Pram sambil melangkah
“Thanks ya Pram, see you..!.”
sahut Rina sambil merapikan perlengkapan meeting yang dibawanya.
Pagi ini Pram merasakan ada
sesuatu yang mengganjal dibenaknya, kenapa pikiranku selalu ke Dirga. gumannya
dalam hati. Pikiran yang bukan-bukan mulai membayangi dirinya. Diambilnya hp
yang terletak diatas meja TV dan ditekannya nomor hp Haris papanya Dirga.
“assalamu’alaikum !.”ucap Pram
ketika mulai terdengar suara Haris diseberang sana
“waalaikum salam !.”sahut
Haris terdengar suaranya agak berat.
“keluarga pada sehat kan kang
!?.” tanya Pram santai
“Dirga sedang sakit kang,
sudah 2 hari panasnya belum turun-turun.”sahut Haris suaranya agak panik
Pram agak kaget mendengar
kabar bila Dirga sedang sakit.
“Baik kang,
sekarang saya langsung ke Limbangan.”sahut Pram segera mengakhiri
pembicaraannya dengan Haris.
Hari ini
Pram mengambil hak cuti dipacunya mobil yang dikendarainya. Ya..!, ini untuk yang kedua kalinya
ia merasakan kontak bathin dengan Dirga pada saat Dirga dalam kondisinya yang
tidak sehat, pertama kali yang ia rasakan adalah disaat ia masih menjalin hubungan dengan
Ria.
Sesampainya
di Limbangan dengan segera Pram menuju rumah Haris dan dilihatnya Dirga tengah
berbaring diranjang, disentuhnya kening
Dirga dan dirasakan panasnya agak tinggi sementara bibirnya agak kering.
“maaf
Kang, sekarang Dirga kita bawa kerumah sakit saja.”pinta Pram merasa cemas dengan
kondisi Dirga. Dirapikannya baju Dirga dan digendongnya segera tanpa menunggu
persetujuan dari Haris. Sementara Haris hanya mengangguk kecil dan mengikuti
langkahnya.
Rumah Sakit
umum yang dituju tidak begitu jauh, sehingga dengan segera Dirga mendapat
tindakan medis dari para dokter dan suster di rumah sakit tersebut. Hasil
pemeriksaan darah dari laboratorium menunjukan untuk trombositnya -+ 100.000
/µl.sementara leukositnya berkisar antara3000-5800/µl sehingga mau tidak
mau Dirga harus diopname. Pram mengambil bangku yang tersedia diruang IGD dan
duduk disamping Dirga yang tengah berbaring dan menemaninya saat dokter menanam
jarum infuse dilengan kirinya.
“ayah, mama
kemana !?.”tanya Dirga suaranya agak pelan
“mama
sebentar lagi akan datang Aa.”sahut Pram tersenyum berusaha untuk memberi
ketenangan pada Dirga. Ingin sebenarnya ia menghubungi dan memberitahu Ria
tentang kondisi Dirga saat ini namun kali ini ia tidak dapat menghubunginya
karena no. hp dan BBMnya telah diblokir oleh Ria.
“bapak,
orang tua Dirga ?.” tanya suster tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
“Iya Sus,
ada apa..!?.” sahut Pram balik bertanya.
“untung
bapak segera membawa putranya kemari, kalau tidak…!?.”sahut suster tersebut
menghentikan kalimatnya.
“kalau
tidak kenapa Sus !?.” tanya Pram kembali sambil mengernyitkan dahinya.
“lupakan
saja pak, ini formulir rujukan untuk kamar perawatan agar diselesaikan dibagian administrasi.”
Sahut suster tersebut enteng sambil menyerahkan formulir kepada Pram.
Dengan
segera Pram menuju kebagian administrasi guna mengurus kamar perawatan Dirga namun sebelumnya ia meminta kepada Haris untuk
segera menghubungi Ria dan memberitahu tentang keadaan Dirga akan tetapi ia
berpesan juga pada Haris agar tidak memberitahu Ria bila ia ada
disini. Setelah pengurusan selesai dan Dirga menempati salah satu kamar
perawatan, Pram meminta ijin pada Haris untuk beristirahat sejenak karena ia merasakan
lelah dan rasa kantuk yang tak tertahan.
Pram memicingkan
matanya dilihat jam tangan, selama 1.5 jam ia sempat tertidur dijok mobil
dirasa cukup untuk mengembalikan kondisinya dengan segera Pram menuju kekamar
perawatan namun langkahnya terhenti ketika dilihat dari balik pintu yang
terbuka sedikit Ria sedang menangis sambil memeluk Dirga. Pram mengurungkan
niatnya untuk melihat Dirga ditutupnya pintu pelan-pelan kemudian ia kembali ke
halaman parkir. Saat ini ia tidak ingin bertemu dengan Ria, ada perasaan kecewa
yang teramat sangat dalam dirinya atas segala sikap yang telah diperbuat oleh
Ria. Apalagi bila ia ingat ketika melihat
Ria sedang bergandeng tangan dengan pria lain saat ia dengan kedua putranya sedang
berada di Bandung 2 bulan lalu. Diambilnya hp yang berada disaku jacketnya dan
ditelephonenya Haris guna memberitahu bahwa ia akan kembali ke Jakarta dan
berpesan bila Dirga menanyakan agar segera menghubunginya.
Sementara dikamar
perawatan terlihat Ria masih tertunduk lesu menahan isak tangisnya, ada
perasaan bersalah dalam dirinya karena sudah beberapa hari ia tidak menghubungi
Dirga.
“mama, ayah
kemana ?”. tanya Dirga tiba-tiba suaranya masih lemah namun wajahnya mulai
terlihat cerah.
Ria
menghapus air mata yang membasahi pipinya, ia terdiam tidak bisa menjawab
pertanyaan putranya.
“tadi ayah
nemanin Dirga disini ma..!.”ucap Dirga polos sambil matanya memandang
langit-langit kamar.
Ria merasa
terkejut mendengar penuturan polos putranya. Kini perasaannya mulai tidak
menentu serasa ia tidak dapat menggambarkan perasaan apa yang saat ini
dirasanya. Dipandangnya wajah mantan suaminya sementara Haris hanya mengangguk
kecil mengisyaratkan bahwa apa yang dikatakan putranya benar.
“Pram
dimana Aa..?.”tanya Ria pada Haris suaranya terdengar parau
“dia sudah
kembali ke Jakarta.”sahut Haris singkat
“kenapa
kamu tidak katakan bila dia ada disini.”tanya Ria kembali suaranya berubah
bercampur kesal
Haris terdiam
sejenak dan kembali berkata
“dialah
yang telah membawa Dirga kemari, dia sangat menyayangi Dirga.”
Mendengar perkataan
Haris, Ria tertunduk dan tanpa disadari air matanya mulai mengalir dan kembali larut dalam tangisnya. Ada perasaan
sesal yang teramat sangat yang dirasanya terhadap Pram selama ini. Ia merasa
dirinya benar-benar ego sementara Pram yang telah merasa sakit atas sikapnya,
masih saja tetap memperdulikan putranya.
“mama.
Dirga mau ketemu ayah..!?.”ucap Dirga lirih.
“iya Aa,
mama akan telephone ayah.”sahut Ria suaranya agak tertahan oleh isak tangisnya.
Diambilnya hp yang tersimpan didalam tasnya dengan segera Ria mengaktifkan
no.hp Pram yang telah diblokirnya dan tangannya agak gemetar saat ia
menghubungi Pram.
Memasuki tol
Purbaleunyi Pram memacu kendaraannya hingga jarum speedometer menyentuh angka
150 km/h ada kelelahan yang tersirat diwajah Pram namun ia tetap berkosentrasi
pada kemudi kendaraan dan pandangannya tetap mengarah kedepan, hingga pada
saatnya ia mengurangi kecepatan laju kendaraannya ketika terdengar hpnya berdering
tanda panggilan masuk berkali-kali.
Ditujunya rest
area km. 97, setelah kendaraan diparkir diraihnya hp yang terletak didekat
audio kendaraan. Dilihatnya pada layar hp tertera nama Ria, tak lama kemudian
hp berdering kembali. Semula ada keraguan dalam dirinya untuk menerima
panggilan dari Ria, namun ia merasa kuatir bila ada hal penting yang akan
disampaikan oleh Ria mengingat Dirga sedang dirawat. Diterimanya panggilan
masuk dari Ria namun belum sempat ia berkata seketika itu juga Ria telah mendahului pembicaraan.
“maafkan
aku, Pram.”ucap Ria seketika dan berusaha untuk menahan tangisnya namun isak
tangisnya mulai terdengar.
“aku salah
Pram, maafkan aku Pram !.”ucapnya lagi kali ini kata-katanya tidak jelas karena
tertutup oleh suara isak tangisnya yang kian menjadi.
Pram terdiam
dan tertegun sejenak, kini ia merasa iba juga mendengar suara tangisnya Ria yang
sudah sekian lama tidak didengarnya.
“jangan
tinggalkan aku Pram, jangan tinggalkan Dirga Pram..!.”ucap Ria sambil berusaha mengendalikan tangisnya yang
kian menjadi karena perasaan bersalahnya terhadap Pram.
Pram menghela
nafasnya.
“aku tidak
akan meninggalkanmu, bila saja kamu tidak menghianatiku Ri..!?.”ucap Pram suaranya
datar agak bergetar.
“aku tidak
menghianatimu Pram, jauh darimu aku tetap menjaga perasaanmu.”ucap Ria lirih
masih larut dalam tangisnya.
“kamu
bilang menjaga perasaanku lalu bagaimana dengan pria yang berjalan denganmu dan
bergandeng tangan disalah satu Resto di Jl. Juanda, apakah itu menjaga perasaanku !?.”
tukas Pram keras-keras penuh emosi melalui hpnya.Ria terdiam sejenak berusaha mengingatnya.
“tidak
Pram.., dia hanya teman.”sahut Ria memohon dalam tangisnya, seingatnya saat itu ia berjalan dengan Rudi.
“ Dia berusaha
menggandeng tanganku Pram, tapi aku selalu mengelaknya.”sahutnya lagi dalam
isak tangisnya mencoba memberi pengertian kepada Pram. Diakui oleh Pram bahwa
Ria memang dekat dengan teman-teman prianya namun bukan berarti ia mudah untuk membuka
hatinya pada pria.
“buktikan
padaku.”sahut Pram singkat dan meminta kepada Ria agar hp diserahkan kepada
Dirga karena ia ingin bicara dengan Dirga. Namun sebelum pembicaraan dengan
Dirga selesai, Ria melanjutkan kembali pembicaraan dengannya
“aku akan
buktikan padamu Pram.”ucapnya masih sesugukan.
“Ya,
buktikan padaku bila memang hanya aku yang ada dihatimu.”sahut Pram tegas dan
diakhirinya pembicaraan melalui hp dengan Ria secara baik-baik.
“assalamu’alaikum.”ucap
Pram
“waalaikum
salam.”sahut Ria sambil mematikan hpnya.
Pram segera menaruh hpnya dan dihidupkannya mesin
kendaraan kemudian diaktifkannya audio dengan volume yang dibesarkan, dipacunya
kendaraan kencang-kencang dan kini ia larut menyanyikan lagu see you again Wiz
Khalifa –feat Charlie Phut dalam soundtrack Furious7.
“It's been a long day without you my friend
And I'll tell you all about it when I see you again
We've come a long way from where we began
Oh I'll tell you all about it when I see you again
When I see you again…..”.
And I'll tell you all about it when I see you again
We've come a long way from where we began
Oh I'll tell you all about it when I see you again
When I see you again…..”.
Bersambung.....
No comments:
Post a comment