
Terlihat disalah satu sudut saung RM. Asep Strawberry didaerah Limbangan, seorang anak lelaki berusia 8 th. sedang asyik bermain dikolam yang terletak dibawah saung tersebut sementara matanya sesekali tertuju pada ikan-ikan yang seakan berlari kesana kemari.
“Ayah…ikannya ada banyak..!”
teriak anak tersebut kegirangan sambil tetap memainkan kakinya dikolam.
“iya Aa..tapi hati-hati ya, tuh khan
celana kamu basah” sahut seorang lelaki setengan baya yang terlihat sedang
duduk sambil bercengkrama dengan seorang wanita muda & cantik yang berada
disebelahnya.
“yah..bila kita nikah nanti mama
ingin dech punya rumah seperti diperbukitan itu” kata Ria sambil menunjuk
kesalah satu rumah yang berada diperbukitan. “untuk rumah tidak harus selalu mencari
diperumahan khan”tegasnya lagi.
“iya ma, ayah’pun ingin seperti
itu” sahut Pram sambil melirik kearah Ria “sepertinya tenang & damai
ya..ma” sahut Pram lagi
“mama ingin setelah penat
bekerja, sesampainya dirumah bisa refresh & mama juga ingin rumahnya
bernuansa kayu ya yah..” pinta Ria manja sambil memeluk pundak Pram erat-erat,
namun Ria segera melepaskan pelukannya ketika pelayan resto datang sambil membawakan
makanan yang dipesannya.
“Ayo ayang makan dulu..” sedikit
Ria berteriak memanggil buah hatinya yang merupakan putra semata wayangnya ‘
Dirga ‘ yang kini tinggal dengan mantan suaminya. Hal itu telah dijalaninya
selama 4 th. belakangan ini, sementara ini dirinya bekerja di Bandung, namun
seminggu sekali atau terkadang 2 minggu sekali Ria menyempatkan diri untuk
menengok & mengajak Dirga menginap di Bandung.
“Iya mama..” sahut Dirga sambil
mengampiri Ria & minta untuk disuapi.
6 bulan berjalan Pram & Ria telah menjalin hubungan, Pram merupakan seorang duda beranak 2 dan juga sudah berumur tentunya hubungan yang dijalin adalah hubungan penuh keseriusan & ketulusan hingga menuju kejenjang pernikahan kelak. Sehingga bagi Ria’pun telah menerapkan pada Dirga agar memanggil Pram dengan sebutan ‘ayah’, hal itu ia lakukan agar tidak ada jarak antara Dirga dengan Pram.
Disaat menengok Dirga, Pram & Ria selalu menyempatkan mampir ke rumah makan yang berada disekitar Limbangan atau Bandung, tidak harus mahal namun tujuannya adalah untuk menjalin kebersamaan & keakraban.
“Sebelum ke Bandung kita shalat
dulu ya yah..”pinta Ria pada Pram sambil memasukan hp kedalam tasnya.
“Iya ma…” sahut Pram singkat,
tangannya berusaha menuntun Dirga saat menaiki anak tangga menuju ke musholla
yang terletak didepan rumah makan tersebut.
Jarak Limbangan – Bandung hanya
ditempuh dalam waktu 1 jam, sesampainya dirumah yang ditempati oleh Ria &
kakak kandungnya, Dirga langsung menyeruak & memeluk pakdenya erat-erat
sambil berteriak penuh tawa.
“Assalamu’alaikum…” ucap Pram
yang selalu menerapkan mengucapkan salam disaat hendak bepergian maupun kembali
bepergian.
“wa’alaikum salam…” sahut pakde
Kris sambil mempersilahkan Pram masuk.
Suasana rumah yang tadinya sepi dengan kehadiran Dirga berubah menjadi penuh tawa & canda. Adalah wajar bila setiap manusia menginginkan kelurga yang Sakinah, Mawaddah & Warahmah. Begitu juga keinginan Pram & Ria dalam mewujudkan rumah tangganya kelak. Keinginan Ria yang utama adalah Dirga dapat berkumpul kembali dengannya & Ria’pun yakin bahwa Pram dapat menjadi seorang ayah yang baik untuk Dirga hal itu telah dilihatnya dari sikap Pram terhadap Dirga. Kalaupun ada keinginan Pram yang belum terpenuhi adalah keinginannya agar Ria menggunakan Hijab saat ini namun Ria belum siap. Namun Pram telah mengultimatumnya bahwa saat Ijab Kabul kelak Hijab harus sudah dikenakan.
Malam kian merangkak, sepi kian menggelayut sudah saat juga bagi Pram untuk kembali ke Jakarta. Jarak yang jauh dan begitu juga perbedaan usia dengan Ria baginya bukanlah menjadi penghalang justru sebaliknya banyak terkandung hikmah bila tujuannya adalah karena allah semata & sesuai dengan ajaran yang terkandung didalam al’quran. Pram menyakini dirinya bila tujuannya baik maka hasilnya akan kembali dalam kebajikan.
“sudah malam ma.., ayah pulang dulu ya…”ucap
Pram pelan, walau berat dirasanya untuk pulang & menyudahi kebersamaannya
dengan Ria malam ini, mau tidak mau hal itu harus dilakukan oleh Pram.
Pertemuan dengan Ria hanya dapat dilakukannya seminggu sekali disaat hari
libur.
“tidak besok pagi saja ayah…’
pinta Ria karena kuatir Pram mengantuk mengingat sejak tadi Pram belum
istirahat.
“Besok ayah ada janji dengan
teman ke Sentul ma..” sahut Pram sambil merapikan baju & mengenakan kaca
matanya.
“Hati-hati ya ayah, jangan
ngebut. Bila sampai dirumah bbm mama ya…” pinta Ria kembali sambil merengkuh
tangan kanan Pram & mengecupnya. Selayaknya seorang istri salim kepada
suaminya.
“ Iya mama…” jawab Pram sumringah
sambil mengecup kening Ria.
Seperti biasanya sebelum beranjak pulang Pram selalu membiasakan & menyempatkan dirinya untuk mengecup kening Dirga yang tengah terlelap tidur, baru esok harinya Pram akan menghubungi Ria melalui hand phone untuk berbicara degan Dirga guna memberi semangat & mengingatkannya tentang shalat, belajar, sekolah & bermainnya.
Sinar mentari pagi yang membelai
hangat wajah Ria telah membangunkan dirinya dari tidur, dengan segera ia meraih
hp yang diletakan dimeja rias yang berada disamping tempat tidurnya. “jam 07.00
wib, waduh..!, pasti ayah sudah bbm & telephone untuk membangunkan dirinya
shalat subuh nich” gumannya dalam hati. “Benar khan” sahutnya dalam hati & dibalasnya segera pesan bbm Pram selanjutnya
ia bergegas untuk mandi & berangkat kerja.
Hari ini benar-benar hari yang
menyibukan bagi Ria karena begitu banyak client yang harus ditemuinya date line
PKS (Perjanjian Kerja Sama) harus selesai akhir bulan ini. Entertainment mau
tidak mau dijalaninya juga hingga malam hari.
Hal-hal seperti ini juga yang
menjadi awal keributan dengan pram yang dianggapnya tidak mengerti akan urusan
kerjanya. Walau diakui olehnya sebenarnya maksud pram baik agar ia tidak
terlalu ngoyo dalam urusan kerjaan, “tapi kalau nggak ngoyo, siapa juga yang
akan nyelesaikan kerjaannya”. Sungut Ria dalam hati. Jenuh sebenarnya Ria
menghadapi hal-hal seperti ini, apalgi bila mendengar olokan teman-temannya “
Ria kamu masih muda & cantik, apa yang kamu harapkan dari Pram, sebentar
lagi dia pensiun” canda Kanti suatu ketika saat Ria sedang berkumpul dengan
teman-temannya “Iya, disini juga masih banyak yang muda & produktif Ri..,
apalagi kamu punya anak yang masih butuh biaya besar” sahut Mare menimpali
pembicaraan Ria dengan Kanti sambil tertawa.
Tidak dapat dipungkiri memang ada
beberapa rekanan bisnis yang menaruh hati kepada dirinya terutama Rudi namun
Ria masih dapat bersikap professional bahwa pertemuan yang ada hanya sebatas
urusan pekerjaan. Hingga suatu ketika Ria merasa bingung saat Pram tiba-tiba
menghubungi & menanyakan keberadaannya karena saat itu ia sedang berdua
dengan Rudi disalah satu café yang berada di Braga.
“kamu lagi dimana ma..?.” tanya
Pram melalui hpnya
“mama lagi di Braga ayah” sahut
Ria suaranya agak dipelankan sambil menggeser badannya menjauh dari Rudi karena
kuatir Rudi akan mendengar pembicaraannya dengan Pram
“mama dengan siapa” Tanya Pram
lagi
“dengan client ayah, kenapa
sich…!?.” tukas Ria agak ketus
“berdua !?.” kembali Pram
bertanya sambil mencoba untuk lebih mengetahuinya
“dengan temen kantor, ya sudah
kalau mau telpon nanti aja” sahut Ria berbohong sambil mematikan hpnya.
Menerima sikap Ria seperti itu Pram bertanya-tanya & berusaha untuk
menghubunginya berulang kali namun HP Ria tidak aktif. Pram menghela nafas
panjang & mulai curiga atas sikap Ria seperti itu.
Esok harinya saat menemui Ria,
Pram mengulas kembali sikap Ria atas dirinya. Semula Pram ingin membicarakan
masalah itu baik-baik namun Ria tidak bisa menerimanya hingga pada akhirnya
dengan penuh emosi Ria menghardik dirinya.
“maksud kamu apa bicara seperti
itu” sahut Ria ketus saat Pram meminta agar dalam pertemuan dengan client tidak
dilakukan diluar jam kantor apalagi hanya berdua & malam hari dengan
seorang pria.
“dia sopan & terhormat, kalau
kamu ngejudge teman aku sama juga ngejudge aku” sahut Ria lagi mulai emosi. “
kalau kamu tidak percaya, mulai saat ini tidak perlu kamu datang-datang lagi.
Aku tidak sudi kamu menginjak-injak rumahku” ucap Ria penuh emosi sambil membanting
pintu kamarnya keras-keras.
Pram benar-benar merasa kaget
& tidak menyangka bila Ria akan berkata & bersikap seperti itu. Dengan menahan kegetiran di dalam hati Pram
segera meninggalkan Ria, sepanjang perjalanan
pikirannya penuh tanda tanya akan keputusan tiba-tiba yang dibuat oleh
Ria.
Pikiran Pram berkecamuk namun ia tidak mau larut dalam masalah yang dihadapinya, ia berusaha menenangkan dirinya walau bagaimanapun ia sadar bahwa dirinya sudah tidak muda lagi. “namun bagaimana dengan Dirga, haruskan dia merasakan perpisahan ini juga, tidak..!?.” tandasnya dalam hati “dia tidak berdosa, dia tidak tahu apa-apa. Aku tidak mau mengecewakannya” tukas Pram dalam hati saat ia teringat akan Dirga yang telah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Bersambung......
LIHAT JUGA VIDEO "KUCING BERANAK TIKUS" BISA KLIK DISINI
pak panji caem
ReplyDelete